Sejarah berdirinya Klub AC Milan - Klub sepak bola AC Milan adalah salah satu klub terbesar di ajang Seie A (liga Italia). Klub yang melahirkan banyak pemain legenda seperti Franco Baresi, Rud Gullit, Marco Van Basten, George Weah, Pulo Maldini, Cafu hingga Filippo Inzaghi yang kini melatih mereka ini telah meraih 18 Gelar juara Serie A. bagaimana sejarah klub yang didirikan pada tahun 1899 ini? berikut kutipan sejarahnya :
Pendirian
![]() |
| Para pendiri AC Milan |
Klub ini didirikan oleh dua orang ekspatriat Inggris , yaitu Herbert Kilpin dan Alfred Edwards dengan nama Milan Cricket and Football Club
pada tahun 16 Desember 1899. Pada saat itu, Edwards menjadi Presiden
klub pertama Milan dan Kilpin menjadi kapten tim pertama Milan. Musim
1901, Milan memenangkan gelar pertamanya sebagai jawara sepak bola
Italia, setelah mengalahkan Genoa C.F.C. 3-0 di final Kejuaraan
Sepakbola Italia. Pada 1908, sebagian pemain dari Italia dan para pemain
dari Swiss yang tidak menyukai dominasi orang Italia dan Inggris dalam
skuat inti Milan saat itu, memisahkan diri dari Milan dan membentuk
Internazionale.
Kita akan menjadi sebuah tim iblis. Warna kita adalah merah menandakan api dan warna hitam menandakan rasa takut yang akan menyerang lawan! - Herbert Kilpin
![]() |
| Lambang klub dan Jersey awal berdiri Klub AC Milan |
Pada awalnya AC Milan didukung oleh kaum pekerja dan kelas buruh di Milan yang umumnya merupakan para pendatang dari daerah Italia selatan, atas dasar itulah julukan "Casciavit" / obeng diberikan untuk Milan. sementara Inter lebih didukung orang-orang kaya. Meskipun begitu, pada beberapa tahun terakhir, basis pendukung telah banyak berubah. Milan kini dimiliki oleh raja media dan Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi,
![]() |
| Silvio Berlusconi |
Basis pendukung Milan yang disebut Milanisti mayoritas berhaluan politik
sayap kiri, berseberangan dengan Inter yang didominasi oleh pendukung
yang secara tradisional berhaluan sayap kanan. Grup pendukung (ultras)
yang terkenal dari Milan adalah Fossa Dei Leoni yang beraliran ekstrem kiri, dan Brigate Rossonere
yang beraliran ekstrem kanan. Menyusul keributan dengan suporter Inter
pada derby musim kompetisi 2005-06, Fossa Dei Leoni membubarkan diri
bebagai organisasi. Meskipun begitu, massa mereka masih setia mendukung
Milan di tribun khusus bagian selatan stadion San Siro bersama kelompok
lain, dengan sebutan Curva Sud.
Menurut sebuah studi pada tahun 2010, Milan adalah tim Italia yang
paling didukung di Eropa, dengan lebih dari 18,4 juta pendukung. AC
Milan menjadi peringkat kesembilan tertinggi kehadiran rata-rata dari
klub sepak bola Eropa selama musim 2010-11, di belakang Borussia
Dortmund, FC Barcelona, Manchester United, Real Madrid, Bayern Munich,
Schalke, Arsenal, dan Hamburg.
Pendukung Genoa menjadikan Milan sebagai saingan yang mereka benci setelah salah satu supporter Genoa, Vincenzo Spagnolo
ditikam sampai mati oleh seorang pendukung Milan pada Januari 1995.
Namun, persaingan utama Milan adalah klub tetangga,Internazionale, kedua
klub bertemu di derby dua kali setiap musim Serie A. Nama Derby della
Madonnina merujuk kepada Santa Perawan Maria, yang patung di atas
Katedral Milan merupakan salah satu atraksi utama kota. Pertandingan
biasanya menciptakan suasana yang hidup, dengan banyak spanduk pembuka
sebelum memulai pertandingan. Flare yang biasa hadir untuk memeriahkan
tetapi mereka kadang-kadang menyebabkan masalah, termasuk
ditinggalkannya leg kedua Liga Champions UEFA 2004–05 pertandingan
perempat final antara Milan dan Inter pada tanggal 12 April 2005,
setelah kembang api yang dilemparkan dari seorang pendukung Inter Milan
kepada kiper Dida yang mengenai bagian bahu.
Pada dekade
50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio
GreNoLi , yang terdiri atas Gunnar Gren , Gunnar Nordahl , dan Nils
Liedholm .Ketiganya merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl
beroperasi di sektor depan sebagai striker, sementara Liedholm mendukung
serangan sebagai penyerang bayangan (playmaker). Tim di masa ini juga
dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan oleh Juventus tercipta 5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.
- Era Nereo Rocco
![]() |
| Cesare Maldini |
Meskipun begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai
menyusut , terutama karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967/1968, berkat gol Pierino Prati,
topskor Seri A di musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika
mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua gol dari Kurt Hamrin.
Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua (4–1 untuk AFC
Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah
mengalahkan Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg
dramatis (3–0, 1–2).
Scudetto kesepuluh dan Seri B
Di tahun 1970, Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala
Winners kedua; namun, tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh, yang
berarti mendapatkan “bintang” untuk tim (di Italia,setiap tim yang
meraih 10 gelar liga mendapat bintang yang disemat di bajunya). Di 1972
mereka meraih semifinal Piala UEFA, kalah dari pemenang sesungguhnya,
Tottenham Hotspur. Musim 1972/1973 mereka hampir memenangkan scudetto
kesepulh, namun gagal karena hasil kalah menyakitkan dari Hellas Verona
F.C. di pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai musim
1978/1979 untuk meraih scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh
Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa timnya
meraih kemenangan tersebut.
Namun, hasil terburuk datang kepada “Rossoneri”: setelah memenangkan musim 1979/1980, Milan didegradasi ke Seri B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio,
karena terlibat skandal perjudian Totonero 1980. Di 1980/1981, Milan
dengan mudah menjuarai Seri B, dan kembali ke Seri A, di mana penyakit
tersebut terulang di musim 1981/1982, Milan terdegradasi kembali.
- Kedatangan Berlusconi
Setelah
serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya,
AC Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi
adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986. Berlusconi
memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli.
![]() |
| Bintang AC Milan tahun 1986 |
- Era Arrigo Sacchi
Sacchi memenangkan Serie A musim 1987-1988. Di 1988-1989, Milan
memenangkan gelar Liga Champions ketiganya, mempecundangi Steaua
Bucureşti 4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental kedua
mengalahkan National de Medellin (1-0, gol tercipta di babak
perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim
berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción di 1990.
- Era Fabio Capello
Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello
dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya
sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) dan Dream Team. Dengan 58
pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli membuat tim impian di
semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro
bermain di sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah
singgah ke Indonesia dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal
Persib Bandung. Pertandingan yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung
Karno pada tanggal 4 Juni 1994 itu dimenangkan Milan dengan skor telak
8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh Dejan Savićević (’17)(’18),
Gianluigi Lentini (’26), Paolo Baldieri (’27)(’48)(’58), Christian
Antigori (’68), dan Stefano Desideri (’78).
- Masa masa sulit 1996-1997
Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez
tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka
selalu kalah dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk
mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez.
Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Seri A,
dipermalukan oleh Juventus F.C. di rumah mereka sendiri San Siro dengan
skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-1997 di peringkat kesebelas di Seri A.
- 1997-1998
Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang
menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain
potensial seperti Kristen Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist, dan Leonardo;
tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-1998
mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa
diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.
- 1998-1999
Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni
menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah
mengakhiri musim 1997-1998 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3.
Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari
Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Milan juga
menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan
dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub
memenangkan scudetto ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah:
Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini;
Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres
Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.
- 1999-2000
Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk
mentransformasikan Milan seperti The Dream Team dulu. Pada musim
berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko, Milan
mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA 1999-2000
ataupun Seri A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya
memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan
mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah
tantangan bagi dua pesaing scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.
- 2000-2001
Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA
2000-2001 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1. Milan memulai
Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş JK dari
Turki dan raksasa Spanyol FC Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari
superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi
performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim
(yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama
kalah 2-1 oleh Juventus di Seri A dan 1-0 untuk Leeds United.
![]() |
| Cesare Maldini |
- 2001-2002
Milan memulai musim 2000-2001 dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra yang membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA. Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim
diangkat sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini, dan cukup
sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima
besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi harapan direksi.
Terim
digantikan oleh Carlo Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan
menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera pemain belakang
Paolo Maldini, Ancelotti berhasil dan mengakhiri musim 2001-02 dalam
peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions. Starting XI
pada saat itu adalah Christian Abbiati; Cosmin Contra, Alessandro
Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio
Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo
Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada
musim 2002/2003 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti di
Manchester, Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus dengan
merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003/2004 sekaligus
menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak
di Liga Italia, maka rossoneri-pun semakin ditakuti.
Pada musim kompetisi Liga Italia Seri A 2006/2007, Milan terkait dengan
skandal calciopoli yang mengakibatkan klub tersebut harus memulai
kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik Italia
tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat
calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling
bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan
menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun
menuntaskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool dua
tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius
Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan
mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk
memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda Marco
Borriello dihukum karena terbukti doping.
Musim 2007/2008, Milan terpaksa bermain di kompetisi Piala UEFA setelah
hanya berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan
selisih 2 poin. Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, Milan menang
4-1 atas Udinese, tapi di saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas
Torino dengan skor 1-0 yang akhirnya posisi kedua tim tak ada perubahan.
Untuk memperbaiki performa di musim berikut (2008/2009), Milan membeli
sejumlah pemain baru, di antaranya Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca Zambrotta dan Ronaldinho
yang keduanya berasal dari Barcelona. Pada transfer paruh musim
2008/2009, Milan mendatangkan David Beckham dengan status pinjaman dari
klub sepak bola Amerika Serikat LA Galaxy.
- Era Leonardo
Pada akhir musim 2008/2009,Milan menempati peringkat ke-3 klasemen liga
Serie A, dua peringkat di bawah rival sekota, Internazionale yang meraih
scudetto dan di bawah Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang
memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan
pemain Milan era 90-an, Leonardo untuk menggantikan pelatih Milan
sebelumnya, Ancelotti yang “hijrah ke London”, tepatnya klub Chelsea
F.C.. Milan juga terpaksa melepas beberapa pemainnya, antara lain:
- Kaka, pindah ke Real Madrid. Nilai transfernya ± 67 juta Euro
- Paolo Maldini, bek legendaris Milan ini memutuskan untuk pensiun
- Yoann Gourcuff, memutuskan untuk tetap di Bordeaux.
Masalah
terbesar yang mengganjal transfer para pemain tersebut adalah pihak
Milan yang selalu berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang demi membeli
seorang pemain. Pada bulan Juli dan Agustus 2009, Milan mendapatkan dua
pemain baru, yaitu Oguchi Onyewu yang merupakan seorang mantan bek Standard Liège dengan status bebas transfer dan Klaas-Jan Huntelaar bekas
penyerang Real Madrid dengan nilai kontrak 14,7 juta Euro. Namun hasil
yang di dapatkan Milan pada turnamen pra-musim banyak menuai kekecewaan,
pemain anyar yang diturunkan oleh Milan pada saat tur pra-musim hanya
Oguchi Onyewu karena Huntelaar baru bergabung bulan Agustus.
![]() |
| Leonardo |
Musim 2009/2010 diawali Milan dengan hasil yang tidak memuaskan. Bermula
ketika Milan meraih hasil imbang 2-2 melawan Los Angeles Galaxy,
seterusnya, Milan terus menuai hasil negatif. Milan terperosok di ajang
World Football Challange 2009. Di ajang Audi Cup, Milan juga kalah oleh
Bayern Munich dengan skor 1-4. Bahkan, ketika menghadapi derby 30
Agustus 2009 melawan Internazionale di San Siro, Milan kalah memalukan
dengan skor 0-4, sekaligus memecahkan rekor kemenangan terbesar Inter di
San Siro.
Pertengahan Oktober 2009, penilaian berbagai pihak tentang kinerja
Leonardo sebagai pelatih yang tadinya berada di titik terendah akibat
serentetan performa buruk, mulai terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo
memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1 di San Siro. Setelah kemenangan
itu, Milan juga menuai hasil positif di Stadion Santiago Bernabéu dengan
kemenangan dramatis atas Real Madrid 3-2. Dan setelah itu, Milan
kembali menuai kemenangan atas Chievo Verona di Stadio Marc’Antonio
Bentegodi, kandang Chievo, skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan. Pada 1
November 2009, Milan mengalahkan Parma F.C. di San Siro 2-0 sekaligus
mengantarkan Milan ke peringkat 4 klasemen sementara (Zona masuk Liga
Champions terakhir). Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus F.C.
dari Cagliari membuat Milan berada di posisi runner-up di bawah
Internazionale; karena, beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan
memenangkan pertandingannya dengan Catania, 2-0.
Memasuki bagian akhir musim Serie A April 2010, Milan yang tengah berada
di peringkat ketiga dan hanya selisih 4 poin dari peringkat pertama
kelasemen AS Roma, dan hanya berjarak 1 poin dengan peringkat kedua
Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali
berturut-turut dari Sampdoria 2-1, dan dari Palermo dengan skor 3-1.
Dengan kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar musim ini
pupus. Pada pertandingan di giornata terakhir Seri A 2009/2010 antara
Milan melawan Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan Juventus 3-0
di San Siro, sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi rossoneri,
dan mengumumkan bahwa ia akan berhenti melatih Milan untuk musim depan.
Sejak mundurnya Leonardo, banyak spekulasi yang berpendapat mengenai
pelatih baru Milan, tetapi pada 25 Juni 2010, secara mengejutkan pihak
Milan mengumumkan untuk memilih Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan.
Musim 2010/2011, Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan
berbagai pembaruan mulai dari sponsor (bwin.com digantikan Emirates),
hingga lini pemain. Di akhir bursa transfer, secara mengejutkan Milan
memboyong Zlatan Ibrahimovic dari F.C. Barcelona (dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan Robinho
dari Manchester City. Awal musim, Milan dikejutkan dengan kekalahan 0-2
dari tim promosi A.C. Cesena, meski dalam pertandingan tersebut baik
Ibrahimovic maupun Robinho memulai debutnya. Pada pertandingan
derbytanggal 14 November 2010,
Milan mengalahkan Internazionale di Giuseppe Meazza dengan gol tunggal
penalti Ibrahimovic. Pada transfer paruh musim, Milan memboyong sejumlah
pemain anyar seperti Antonio Cassano dari U.C. Sampdoria, Mark van Bommel dari Bayern Munich, dan Nicola Legrottaglie
dari Juventus F.C. Di ajang Liga Champions, Milan yang berhasil
menembus babak penyisihan grup dipermalukan Tottenham Hotspur dengan
skor 0-1 di San Siro. 13 Maret 2011, Milan mengalami hasil seri 1-1
dengan penghuni dasar klasemen A.S. Bari, minggu berikutnya 19 Maret,
Milan dipermalukan U.S. Città di Palermo 0-1 di Stadion Renzo Barbera.
Kekalahan tersebut membuat jarak poin dengan posisi 2 Internazionale
berkurang menjadi 2 poin, dan itu terjadi tepat sebelum derby Milan
putaran kedua. 2 April, derby antara Milan dan Inter berlangsung di San
Siro, berakhir dengan kemenangan Milan 3-0, berkat 2 gol Pato dan 1 gol
Cassano. Pada 7 Mei 2011, Milan meraih hasil imbang 0-0 dengan A.S.
Roma, 1 poin tambahan hasil seri membuat poin Milan menjadi 78 poin, tak
terkejar peringkat 2 Inter karena kalah head-to-head, dan membuat Milan
meraih gelar juara Serie A atau scudetto yang ke-18. Pada 6 Agustus
2011, Milan bertemu kembali dengan Inter dalam rangka pertandingan Piala
Super Italia, Milan sebagai juara Serie A bertemu Inter sebagai
juaraPiala Italia. Milan memenangi pertandingan tersebut 2-1 melalui gol
Ibrahimovic dan Boateng, sementara gol Inter dicetak oleh Wesley
Sneijder,membuat Milan unggul 1 Piala Super Italia dari Inter.
Prestasi
- Serie A:
Juara (18):
1901; 1906; 1907; 1950-51; 1954-55; 1956-57; 1958-59; 1961-62; 1967-68;
1978-79; 1987-88; 1991-92; 1992-93; 1993-94; 1995-96; 1998-99;
2003-2004; 2010-2011
Runner-up (15):
1902; 1947-48; 1949-50; 1951-52, 1955-56, 1960-61; 1964-65; 1968-69;
1970-71; 1971-72; 1972-1973; 1989-90; 1990-91; 2004-05; 2011-12
- Serie B:
Juara (2): 1980–81; 1982–83
- Copa Italia:
Juara (5): 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1976–77; 2002-03
Runner-up (7): 1941–42; 1967–68; 1970–71; 1974–75; 1984–85; 1989-90; 1997-98
- Piala Super Italia:
Juara (6): 1988; 1992; 1993; 1994; 2004; 2011
Runner-up (3): 1996; 1999; 2003
- Liga Champions UEFA:
Juara (7): 1962-63; 1968-69; 1988-89; 1989-90; 1993-94; 2002-03; 2006-07
Runner-up (4): 1957-58; 1992-93; 1994-95; 2004-05
- Piala Super UEFA:
Juara (5): 1989; 1990; 1994; 2003; 2007
Runner-up (2): 1973; 1993
- Piala Winners UEFA:
Juara (2): 1967–68; 1972–73
Runner-up (1): 1973–74
- Piala Interkontinental
Juara (3): 1969; 1989; 1990
Runner-up (4): 1963; 1993; 1994; 2003
- Piala Dunia Antarklub FIFA
Juara (1): 2007
- Piala Latin (ns.):
Juara (3): 1951; 1956
Runner-up (1): 1953
- Piala Mitropa:
Juara (1): 1981-82
- Piala Kejuaraan Dubai
Juara (3): 2009, 2011, 2012
- Trofi Santiago Bernabéu
Juara (2): 1988, 1990
Runner-up (1): 1999
- Trofeo Luigi Berlusconi
Juara (12): 1992, 1993, 1994, 1996, 1997, 2002, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2011
Runner-up (9): 1991, 1995, 1998, 1999, 2000, 2001, 2003, 2004, 2010


















Tidak ada komentar:
Posting Komentar